APRESIASI PROSA
Apa, Langkah-langkah, dan Bekal Awal dalam
Apresiasi
Oleh:
Arif
Bahtiar
A. Pengertian
Apresiasi Prosa
Untuk mengetahui pengertian apresiasi prosa, terlebih dahulu kita
harus memahami pengertian dari apresiasi itu sendiri. Istilah Apresiasi berasal
dari bahasa Latin apreciato yang
berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam konteks yang lebih luas,
istilah apreasi menurut Gove mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan
atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai
keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba
berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti,
yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif (3) aspek evaluatif.
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya
memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Aspek emotif berkaitan
dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur – unsur
keindahan dalam teks sastra yang dibaca, selain itu unsur emosi juga sangat
berperan dalam upaya memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif. Dan aspek evaluatif
berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra.
Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi diatas, S. Effendi mengungkapkan
bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara
sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran
kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Sedangkan pengertian Apresiasi sastra menurut Dra. Endang
Sriwidayati, M.Pd. dalam Gambaran Dasar Apresiasi adalah proses (kegiatan)
pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara
individual dan momentan, subjektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah,
khusyuk dan kafah, dan intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya
sehingga tumbuh, berkembanng dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman,
kecintaan,dan keterlibatan terhadap karya sastra.
Dan istilah prosa sendiri mengandung pengertian kisahan atau cerita
yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan
dan rangkaian cerita tetentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya
sehingga menjalin suatu cerita.
Prosa sebagai salah satu genre sastra, mengandung unsur – unsur
meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampaian
isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik
yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi
lain, dalam rangka memaparkan isi tersebut, pengarang akan memaparkannya lewat
(1) penjelasan atau komentar, (2) dialog ataupun monolog, dan (3) lewat lakuan
atau action.
Prosa fiksi lebih lanjut masih dapat dibedakan dalam berbagai macam
bentuk, baik itu roman, novel, atau novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai
macam betuk dalam prosa fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar
panjanng pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku
yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang dikandung
oleh setiap bentuk prosa fiksi maupun cara pengarang memaparkan isi ceritanya
memiliki kesamaan meskipun dalam unsur-unsur tertentu mengandung perbedaan.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
Apresiasi Prosa adalah proses pengindahan, penikmatan, pemahaman, dan
penghargaan secara menyeluruh dan serta-merta terhadap karya sastra prosa guna
mendapatkan nilai-nilai yang baik yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
B. Langkah
– langkah Apresiasi
Langkah-langkah dalam mengapresiasi karya satra prosa dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan diantaranya:
1.
Pendekatan
Parafrastis
Pendekatan Parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna
dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan
pengarang dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang berbeda.
2.
Pendekatan
Emotif
Suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk
emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu dapat berhubungan dengan
keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau
gagasan yang lucu dan menarik.
3.
Pendekatan
Analitis
Pendekatan yang berusaha memahami unsur-unsur pembangun karya
sastra.
4.
Pendekatan
Historis
Pendekatan Historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada
pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa sejarah yang
melatarbelakangi masa-masa terwujudnya karya sastra yang dibaca, serta
bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri
pada umumnya dari zaman ke zaman.
5.
Pendekatan
Sosiopsikologis
Pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial
budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang
terhadap lingkungan hidupnya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu
diwujudkan.
6.
Pendekatan
Didaktis
Pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan,
maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.
Namun secara spesifik langkah-langkah dalam mengapresiasi karya
sastra prosa dapat dilakukan dengan cara (1) mengindahkannya sebagaimana
adanya, menikmati dengan penuh kesantunan dan kehormatan, menjiwakannya kedalam
diri kita sebagaimana harusnya ia ada, dan menghayatkannya kedalam diri kita
sebagaimana harusnya ia hayat, (2) perlu kekhusyukan dan kafah memperhatikannya,
menyelidikinya, dan mengenalinya sehingga kita bisa menggambarkannya dan
menceritakannya kepada orang lain, (3) setelah cara ke-1 dan ke-2 maka kita
menarik makna yang terkandung dalam karya sastra prosa tersebut, (4) jika kita
telah melaksanakan cara ke-1, 2, dan 3 dengan sebaik-baiknya, maka dalam diri
kita akan terus tumbuh-meninggi, berkembang-merebak-meluas dan
terpelihara-terawat-terperhatikan apa yang terdapat pada cara ke-5, (5) jika
mengerjakan cara ke-1 dan ke-2 maka kita akan memperoleh cara ke-3 sehingga
terwujud dan terjelma cara ke-4 mengenai kepedulian, kepekaan, ketajaman,
kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra prosa.
C. Bekal
Awal dalam Apresiasi
Karya sastra Prosa memiliki berbagai macam unsur yang sangat
kompleks, antara lain (1) unsur keindahan, (2) unsur kontemplatif yang berhubungan
dengan nilai-nilai atau renungan tentang keagamaan, filsafat, politik, serta
berbagai macam komplesitas permasalahan kehidupan, (3) media pemaparan, baik berupa media
kebahasaan maupun struktur wacana, serta (4) unsur-unsur intrinsik yang
berhubungan dengan ciri karakteristik karya sastra itu sendiri sebagai suatu
teks.
Bekal awal yang harus dimiliki oleh seorang calon apresitor adalah
(1) kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati
unsu-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra, (2) pemilikan pengetahuan
dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan, baik
lewat penghayatan kehidupan ini secara intensif-kontemplatif maupun dengan
membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas, misalnya buku
filsafat dan psikologi, (3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan, dan (4)
pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik karya sastra yang akan berhubungan
dengan telaah teori sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar