Kamis, 08 Maret 2012

Memupuk Sosial-Emosional Anak


Menjalin hubungan
  1. Tunjukkan bahwa ibu tertarik dengan apa yang si kecil kerjakan. Si kecil sangat menginginkan perhatian ibu.
  2. Datangi si kecil dan beri komentar mengenai apa yang sedang dimainkannya ”waah... ade lagi main balok ya, mau bikin gedung tinggi ya”. Hal ini akan membantu si kecil mempelajari nilai dan arti ’timbal balik’ yang akan menjadi bekal penting untuk menjalin hubungan di kemudian hari.
  3. Dorong si kecil untuk menunjukkan perasaannya. Ini penting sebagai bekal untuk menjalin hubungan yang sehat. Hubungan yang sehat dan positif ditentukan oleh kemampuan menunjukkan perasaan dan memahami perasaan orang lain. Hargai dan kenali perasaan si kecil untuk melatih kepekaan nalurinya. Bila perasannya dihargai, maka akan melatih empati dan menghargai orang lain. Ibu juga sebaiknya menunjukkan perasaan ibu agar si kecil tahu apa yang ibu rasakan. ”Ibu senang kalau ade makannya pinter” atau ”Ibu sedih kalau ade sakit”.
  4. Beri kesempatan kepada si kecil untuk menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Ajaklah si kecil ke acara arisan keluarganya. Disana si kecil bisa bermain dengan sepupu atau saudara lainnya yang sebaya. Si kecil perlu berlatih untuk belajar berbagi, bergiliran, menyelesaikan konflik dan menikmati pertemanan.

Menumbuhkan rasa percaya diri
  1. Bekal penting lainnya adalah rasa percaya diri. Anak-anak yang memiliki rasa percaya diri yang kuat, akan memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari hal baru dan menghadapi tantangan. Rasa percaya diri merupakan bekal yang penting untuk bersosialisasi di kemudian hari. Ibu, ayah atau pengasuh yang sehari-hari bersama dengan si kecil, memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk dan memupuk rasa percaya dirinya.
  2. Ibu bisa membantu membangun rasa percaya diri si kecil dengan menerapkan rutinitas harian. Kegiatan yang terjadwal akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri. Si kecil akan memahami bahwa setelah mandi, dia harus makan, sehingga si kecil akan mempersiapkan diri untuk menghadapi kegiatan makan. Jika kegiatan sehari-harinya ‘semrawut’, tidak beraturan, si kecil cenderung akan mengalami kecemasan.

Belajar mengendalikan diri
Si kecil belum bisa mengendalikan dirinya, belum dapat mengontrol apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ibu bisa mengajarkan pengendalian diri dengan cara membantunya menenangkan diri. Peluk atau gendonglah si kecil. Semakin tenang persaannya, si kecil akan belajar mengendalikan dirinya. Bila dapat mengendalikan dirinya, maka si kecil dapat bekerjasama dengan anak lain, mengatasi frustasi dan menyelesaikan konflik.

Menunjukkan amarah
Si kecil dapat mengalami perasaan frustasi dan marah, bila tidak dapat melakukan sesuatu yang diinginkan. Ia akan meraung, menjerit bahkan menendang. Sikap yang diperlukan orangtua untuk mengatasi temper tantrum ini, tergantung dari masalah yang dihadapi si kecil. Ibu dapat mengalihkan perhatian si kecil pada benda atau kegiatan lain. Apabila cara ini tidak berhasil, berpura-puralah mengacuhkannya sambil tetap berada di sampingnya. Ketika si kecil melihat ibu tidak memberikan atensi pada ’protes kerasnya’, biasanya ia akan diam dengan sendirinya. Ketika si kecil sudah lebih tenang, berilah pelukan dan sedikit pengertian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar