Kamis, 26 April 2012

Drama Fregmen Satu Babak Lima Pemain


MAHASISWA CALON GURU

By: Tiar

PARA PEMAIN:
Ohar                (Seorang mahasiswa calon guru)
Tias                  (Seorang mahasiswa calon guru)
Mimi                (Seorang mahasiswa calon guru)
Tiar                  (Seorang mahasiswa calon guru yang sudah mengajar)
Herman           (Seorang mahasiswa calon guru yang sudah mengajar)

Ohar, Tias, Mimi, Tiar, dan Herman adalah sekelompok kecil mahasiswa calon guru yang aktif berdiskusi. Tiar dan Herman merupakan salah satu diantara mereka yang telah mengajar. Banyak sekali suka duka yang mereka hadapi selama menjadi mahasiswa calon guru. Sehingga pada suatu hari mereka berdiskusi tentang kondisi pendidikan di Indonesia.

(Nampak setting  sebuah ruang tamu yang sederhana dengan perlengkapan meja dan kursi di kontrakan milik Herman.)

(TIAR DATANG SAMBIL MEMBAWA PERLENGKAPAN MENGAJARNYA)
TIAR:                          (bercerita sambil memperkenalkan diri kepada penonton) Diperkenalkan saja nama saya Tiar. Saya baru saja pulang dari mengajar, begitu lelah rasanya menghadapi murid zaman sekarang………. Bayangkan saja…… Coba bayangkan…… Murid sekarang, diajarkan lagu “Garuda Panca Sila” katanya kuno….. Malah minta lagu “Bang Thoyyib”………. Makin parah aja zaman ini………….

(OHAR DATANG DAN TIAR DUDUK DI KURSI  LALU DIKUTI OLEH OHAR YANG JUGA DUDUK DI KURSI)
OHAR  :         Sudah tadi bung…….?
TIAR    :                      Ya… baru beberapa menit yang lalu……...!
OHAR            :          Emmmmmmmmmm…. Ada apa bung…. Kok kelihatannya anda lelah sekali?
TIAR   :                       Ia… Tentu saja.. bagaimana tidak lelah menghadapi murid zaman sekarang….. Bayangkan saja…… Coba bayangkan…… Murid sekarang, diajarkan lagu “Garuda Panca Sila” katanya kuno….. Malah minta lagu “Bang Toyib”………. Makin parah aja zaman ini…………. Apa lagi saat dijelaskan tentang materi…. Mereka tidak menghiraukan….. seakan mereka tidak perlu semua itu…… saat diberi kesempatan bertanya diam……. Seakan mereka semua memahami….. saat ditanya…… diam…… seakan mereka tak paham sama sekali…… alamaaaak….. pusing aku jadinya…….!!!
OHAR  :         Tenang saja… Tak perlu panik begitulah bung…… bukan salah mereka….. mungkin metode kita yang kurang tepat…… atau……. Bahasa kita yang sulit dipahami oleh mereka…… bisa juga kurikulumnya yang kurang tepat…..
TIAR   :                       Ya sudahlah…... Memang nasib seorang guru…… harus paham dan mampu segalanya…… Mulai dari yang namanya pedagogik…….. kepribadian…… sosial…… dan professional….. harus apa lagi…….?
OHAR:           Ya….! Tepat sekali….. memang itu yang dibutuhkan sebagai seorang guru….. guru yang professional tentunya……. Bukankah kesejahteraan guru sudah mulai diperhatikan sekarang ini……?
TIAR :                         Bukannya aku munafik…… tapi…… bagiku….. seorang guru berangkat dari panggilan hati nuraninya……. Bukan karena kesejahteraan…… sayang sekali……. Dikala pemerintah mulai memperhatikan kesejahteraan guru…… masih saja banyak kecurangan untuk merampas kesejahteraan yang layak mendapatkannya…….. sungguh sangat disayang……
OHAR:           Maksudnya, bung?
TIAR :                         Ya….. coba kau lihat disekitar kita……. Masih banyak para sarjana pendidikan palsu……. Begitu mudahnya mendapat gelar sarjana……. Apalagi hanya NUPTK……. Atau surat keterangan sukwan……. Benar-benar tidak mampu aku pahami…….!!
OHAR:                       Ya….. Tuhan memang Maha Tahu…… sayang pemerintah tidak maha tahu….. namun aku heran…… mengapa begitu sulitnya meningkatkan kualitas guru….. bukankah kualitas peseta didik dapat ditentukan oleh kualitas gurunya….. apa yang salah…. Kesejahteraan kah……? Sedangkan pemerintah telah berupaya sedemikan rupa untuk itu…….
TIAR:             Aku rasa bukan……. Bahkan karena kesejahteraan seorang guru yang makin diperhatikanlah sepertinya yang membikin para calon guru tertarik untuk menjadi guru….. bukan karena panggilan hati nurani…….
OHAR:                       Sayang sekali……. Kasihan para peserta didik kita…… hanya menjadi korban kesejahteraan belaka……. Memang betul apa yang Bung katakan….. buktinya…… begitu banyak guru muda yang seakan tak layak menjadi guru……. Mereka hanya mengajar……..
TIAR:              Benarkah?
OHAR:                       Ya….. jika kita perhatikan…… begitu banyak guru muda yang tak mampu menyesuaikan kurikulum dengan karakter siswa atau sekolah…… begitu banyak guru muda yang kurang mampu dalam menyusun perangkat pembelajaran….. hanya berpedoman pada satu buku LKS…… Begitu banyak guru muda yang bahasanya tak mampu dipahami oleh siswa….. bahkan tak jarang mereka tak mampu menguasai kelas…… Apanya yang salah sebenarnya……?
TIAR:              Entah lah jika itu yang memang terjadi……..

(HERMAN DATANG SAMBIL MEMBAWA PERLENGKAPAN MENGAJARNYA)
HERMAN:     Assalamualaikum………………
TIAR &
OHAR                  :     Waalaikumsalam………………..
HERMAN:     Mana nih anggota yang lain……? Belum datang…..?
TIAR         :     Yah….. bagitu lah……. Aku datang belum ada orang……
OHAR                  :     Maklum, mungkin masih dalam perjalanan……….

(TIAS DAN MIMI DATANG MERSAMAAN)
TIAS &
MIMI        :     Permisi…… maaf sedikit terlambat……..
HERMAN:     Eh….. Tias dan Mimi….. baru aja dibicarakan………
TIAS         :     Ia…. Maaf ya terlambat…… (lalu duduk bersama mimi)
HERMAN:     Ah…. Tak apa…. Kita juga baru datang kok……
TIAR         :     Kita…..? kau aja kali Her yang baru datang……
OHAR                  :     Sudah lah…. Sudah terbiasa kan kita terlambat….. bagaimana… bisa kita mulai
                        diskusi kelompoknya….?
MIMI        :     Boleh….. boleh……
TIAR      :        Apa nih tema kita hari ini……?
TIAS      :        Oh… ya… diskusi kita kali ini akan membahas tentang wajah pendidikan
                        Indonesia.
OHAR               :        Wah…. Tepat sekali tu….. persis seperti apa yang dikeluhkan oleh teman kita
                        Tiar….
HERMAN:     Memang kenapa si Tiar…….?
TIAR      :        Yah…. Begitulah…. Begitu sulitnya meningkatkan mutu pendidikan di negeri
                        kita….
MIMI      :       Memang kenapa….? Bukankah pemerintah telah melakukan kebijakan-kebijakan
untuk itu….? Lihat saja, semua guru harus S-1, kesejahteraan semakin ditingkatkan, begitu juga kualitas profesi guru….!
TIAS       :       Iya…. Kurikulum pun telah disempurnakan…… mengapa masih sulit….. apanya
                        yang sulit…..?
HERMAN:     Yah….. memang benar apa yang dikatakan kawan kita Tiar…… aku juga
                        merasakan…..
OHAR                 :      Iya….. tapi… apanya yang sulit…..?
TIAR        :      Mungkin pertanyaannya bukan apanya yang sullit….. tapi apanya yang salah atau
                        belum dilaksanakan……
HERMAN:     Ya…. Benar juga…. lihat saja di sekitar kita…… begitu banyak kebijakan
                        pemerintah yang disalah gunakan……. Peningkatan kesejahteraan tidak
                        diimbangi oleh kesadaran untuk meningkatakan kualitas diri para guru dengan
                        berbagai alasan….
TIAR       :       Ya…… para guru lulusan S-1 pun sangat sedikit yang kompeten menjadi guru…..
                        mereka hanya layak sebatas pengajar…… bukan guru……… bahasa merekapun
                        sulit dipahami oleh peserta didik……. Belum metode mereka mengajar……. Dan
                        lain sebagainya……..
TIAS       :       Kok bisa…….. bukankah mereka sudah S-1……?
MIMI      :       Iya…… kenapa hanya layak sebagai pengajar…..?
OHAR    :       Iya…… memang benar mereka telah S-1 namun, kenapa faktanya benar seperti
                        apa yang dikatakan teman kita Tiar?
HERMAN:     Entahlah…….. apa sebenarnya yang salah……
TIAR      :        Kalau menurut saya…… para pencetak lulusan guru pun ikut andil dalam hal
                        ini….. lihat saja…… begitu banyak teori yang diberikan namun sedikit
pengalaman yang kita dapat sehingga kita begitu pintar dalam konsep namun
awam dalam praktek……. Materi yang kita dapat pun tidak jarang untuk tidak
sesuai dengan materi yang harusnya kita berikan pada anak didik kita……
kreativitas kita seakan terkekang disini…… kita butuh laboraturium
mengajar…… bukan hanya sekedar diskusi kelompok…….
OHAR:           Wah…… Waktu kita sudah habis nih… mari kita pulang… semoga esok lebih
                        baik….. dan kita lanjutkan diskusi kita……

TAMAT


Selasa, 03 April 2012


HEURISTIK DAN HERMENEUTIK DALAM APRESIASI PROSA
  
 
Oleh:
Arif Bahtiar

  

1.  Pengertian
a.      Heuristik
Heuristik merupakan langkah untuk menemukan makna melalui penkajian struktur bahasa dengan mengintrepetasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Langkah ini berasumsi bahwa bahasa bersifat referensial, artinya bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal nyata.
Menurut Riffaterre (dalam Wellek dan Warren, 1989: 148) analisis secara heuristik adalah analisis pemberian makna berdasarkan struktur bahasa secara konvensional, artinya bahasa dianalisis dalam pengertian yang sesungguhnya dari maksud bahasa. Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, actual meaning (Nurgiyantoro, 2007: 33).
Heuristik, merupakan langkah melakukan interpretasi secara referensial melalui tanda-tanda linguistik. Dalam hal ini pembaca diharapkan mampu memberi arti terhadap bentuk-bentuk linguistik yang mungkin saja tidak gramatikal (ungramaticalities). Pembaca berasumsi bahwa bahasa itu bersifat referensial, dalam arti bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal yang nyata. Realisasi dari pembacaan heuristik dapat berupa sinopsis, pengucapan teknik cerita, gaya bahasa yang digunakan atau pesan yang dikemukakan.

b.      Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik atau retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristik untuk mencari makna (meaning of meaning atau significance). Metode ini merupakan cara kerja yang dilakukan pembaca dengan bekerja secara terus menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak-balik dari awal sampai akhir (Riffattere dalam Sangidu, 2004: 19).
Salah satu tugas hermeneutik adalah menghidupkan dan merekontruksi sebuah teks dalam jaringan interaksi antara pembicara, pendengar, dan kondisi batin serta sosial yang melingkupinya agar sebuah pernyataan tidak mengalami alienasi dan menyesatkan pembacanya (Faiz, 2002: 103).
Palmer (2003: 14-16) menyebutkan bahwa akar kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi”. Terdapat tiga bentuk makna hermeneutika apabila mengambil bentuk verb dari hermeneuein, yaitu: (1) mengungkapkan kata-kata, misalnya “to say”; (2) menjelaskan, seperti menjelaskan sebuah situasi; (3) menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa asing. Ketiga makna itu bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja bahasa Inggris “to interpret”. Dengan demikian interpretasi dapat mengacu kepada tiga persoalan yang berbeda: pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan transliterasi dari bahasa lain. Sastra merepresentasikan sesuatu yang harus “dipahami”.
Tugas interpretasi harus membuat sesuatu yang kabur jauh, dan gelap maknanya menjadi sesuatu yang jelas, dekat, dan dapat dipahami. Definisi di atas juga sama dengan yang diungkapkan oleh Teeuw (1984:123), yaitu bahwa hermeneutika adalah ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas maksudnya.
Pengertian lain disampaikan oleh Riffaterre (dalam Sangidu, 2004: 14) yang memaparkan bahwa pembacaan hermeneutik atau retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristik untuk mencari makna (meaning of meaning atau sifnificance).
Hermeneutik merupakan pembacaan bolak-balik melalui teks dari awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini merupakan interpretasi tahap kedua yang bersifat retroaktif yang melibatkan banyak kode di luar bahasa dan menggabungkannya secara integratif sampai pembaca dapat membongkar secara struktural guna mengungkapkan makna (singificance) dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks sebagai sistem tanda. 

      2.    Langkah-langkah Penerapan
a.      Heuristik
Langkah-langkah penerapan Heuristik adalah dengan mengkaji makna melalui teks atau bahasa secara harfiah dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata.
Dalam menerapkan Heuristik tidak menghiraukan kelengkapan atau kesempurnaan teks atau kondisi gramatikal. Sehingga apresiator dapat menambah ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang ada guna menemukan makna yang terkandung dalam teks karya sastra itu sendiri.

b.      Hermeneutik
Langkah-langkah penerapan Hermeneutik adalah dengan mengkaji makna melalui pembacaan yang berulang-ulang dengan meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada karya sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki
Dalam menerapkan Hermeneutik memperhatikan segala bentuk kode yang ada diluar kode bahasa guna menemukan makna yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
    
3.    Contoh Penerapan
a.      Heuristik
Contoh penerapan heuristik sebagai berikut: Ia menggeliat, merayap ke luar kegelapan. Ia menggeliat merayap ke luar dari tiga kitab, saat kalam pertama dibentangkan …(halaman 48). Penerapan heuristik terdapat pada kata menggeliat, kata menggeliat biasanya dipergunakan untuk menyebutkan kegiatan manusia setelah bangun tidur.
Contoh penerapan heuristik yang lain adalah. …Kok rasanya aku ini masih kurang cukup nrimo. Ya inilah tekanan batin yang tak mampu aku keluhkan pada siapa pun kecuali pada diriku sendiri dan Tuhanku (Kutahu Matiku, 2004: 362). Analisis heuristik pada kata nrimo merupakan kata sifat yang berasal dari bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia mempunyai arti menerima keadaan apa adanya.
 
b.      Hermeneutik
Sedangkan jika dikaji dengan langkah Hermeneutik akan terlihan pada contoh penerapan Hermeneutik sebagai berikut: Ia menggeliat, merayap ke luar kegelapan. Ia menggeliat merayap ke luar dari tiga kitab, saat kalam pertama dibentangkan …(halaman 48). Penerapan Hermeneutik terdapat pada kata menggeliat, pembacaan untuk memaknai bukan secara linguistik. Langkah hermenutik dilakukan untuk memaknai kata menggeliat yang dipergunakan untuk kegiatan selain manusia, yaitu ular.
Contoh penerapan Hermeneutik yang lain adalah. …Kok rasanya aku ini masih kurang cukup nrimo. Ya inilah tekanan batin yang tak mampu aku keluhkan pada siapa pun kecuali pada diriku sendiri dan Tuhanku (Kutahu Matiku, 2004: 362). Analisis Hermeneutik pada kata nrimo dianalisis secara hermeneutik dengan cara pemberian makna berdasarkan tinjauan aspek yang dikaji, yaitu kata nrimo dihubungan dengan sikap hidup manusia terhadap Allah dalam menerima kenyataan hidup. Manusia yang percaya kepada Allah harus dapat menerima kenyataan bahwa kenyataan hidup susah atau sedih yang ditemui dalam kenyataan merupakan cobaan dari Allah.